Sabtu, 03 November 2012

Alat - alat Aplikasi Akustik Kelautan

1.      ADCP (Accoustic Doppler Current Profiler)
            RDI/Fran Rowe dan Kent Deines membuat ADCP (Accoustic Doppler Current Profiler) pada tahun 1981. Prinsip kerja ADCP berdasarkan perkiraan kecepatan baik secara horizontal maupun vertikal menggunakan efek Doppler untuk menghitung kecepatan radial relatif, antara instrumen (alat) dan hamburan di laut. Tiga beam akustik yang berbeda arah adalah syarat minimal untuk menghitung tiga komponen kecepatan. Beam ke empat menambah pemborosan energi dan perhitungan yang error. ADCP mentransmisikan ping, dari tiap elemen transducer secara kasar sekali tiap detik. Echo yang tiba kembali ke instrumen tersebut melebihi dari periode tambahan, dengan echo dari perairan dangkal tiba lebih dulu daripada echo yang berasal dari kisaran yang lebih lebar. Profil dasar laut dihasilkan dari kisaran yang didapat. Pada akhirnya, kecepatan relatif, dan parameter lainnya dikumpulkan diatas kapal menggunakan Data Acquisition System (DAS) yang juga secara optional merekam informasi navigasi, yang diproduksi oleh GPS. ADCP berfungsi untuk mengukur arus, plankton, dan lain-lain.

Gambar 1. ADCP (Accoustic Doppler Current Profiler)
(Sumber : Google.com)

2.      Conductivity Temperature Depth (CTD)
            Alat yang digunakan dalam sampling oseanografi untuk mengukur salinitas air laut, suhu serta kedalaman air laut pada tempat dan kedalaman yang diinginkan adalah CTD (Conductivity Temperature Depth). Secara umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem pengolahan, dan unit luaran. CTD digunakan untuk mengukur karakteristik air seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas. Unit pengolah terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer yang dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi. Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan mencetak posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga kronologis kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam. Sensor adalah sebuah piranti yang mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas).

Gambar 2. CTD (Conductivity Temperature Depth)
(Sumber : Google.com)


Cara kerja CTD, sebagai berikut:
           
CTD diturunkan ke kolom perairan dengan menggunakan winch disertai seperangkat kabel elektrik secara perlahan hingga ke lapisan dekat dasar kemudian ditarik kembali ke permukaan. CTD memiliki tiga sensor utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya hantar listrik air laut (konduktivitas). Pengukuran tekanan pada CTD menggunakan strain gauge pressure monitor atauquartz crystal.
           Pencatatan tekanan dalam desibar kemudian tekanan dikonversi menjadi kedalaman dalam meter. Sel induktif yang terdapat dalam CTD digunakan sebagai sensor salinitas. Sensor temperatur yang terdapat pada CTD menggunakan thermistor, termometer platinum atau kombinasi keduanya. Pengukuran data tercatat dalam bentuk data digital. Data tersebut tersimpan dalam CTD dan ditransfer ke komputer setelah CTD diangkat dari perairan atau transfer data dapat dilakukan secara kontinu selama perangkat perantara (interface) dari CTD ke komputer tersambung.

Sumber :


Komponen - komponen dalam Akustik Kelautan


1. Absorbsi

     Saat gelombang dipancarkan terjadi suatu fenomena dimana terjadinya absorbsi gelombang suara di kolom perairan. Absorbsi dapat diartikan sebagai transmisi yang hilang sejak berada di echosouder dari transducer. Sifat gelombang ketika dipancarkan dan semakin jauh dari transducer maka kecepatannya dan pantulannya akan semakin melemah.Absorbsi gelombang suara yaitu penyerapan gelombang suara sehingga menyebabkan transmisi hilang pada saat echo dari transducerAbsorbsi bergantung pada banyak hal, antara lain: suhu, salinitas, pH, kedalaman dan frekuensi. 

2. Target Strength
    Kekuatan dari pantulan gema yang dikembalikan atau dipantulkan oleh suatu target disebut Target Strength. Target Strength ini bergantung pada intensitas suara yang mengenai target. Target Strength didefinisikan juga sebagai 10 kali nilai logaritma dari intensitas suara yang mengenai ikan/target. Target Strength dapat dihitung dengan rumus :

TS = 10 (log Ir/Ii)

Dimana :
TS = Target Strength
Ir   = Energi suara yang dipantulkan, yang diukur
Ii   = Energi suara yang mengenai ikan/target


3. Volume Scatter
       Volume Scatter atau  Scattering Volume (SV) merupakan rasio antara intensitas yang direfleksikan oleh suatu group single target yang berada pada suatu volume air tertentu (1m3). Sedangkan rasio antara intensitas yang direfleksikan oleh suatu kelompok single target yang diukur dari target disebut Backscattering strengthScattering Volume (SV) dapat dihitung menggunakan rumus :

SV = 10 log pV + TS

Dimana :
SV = Scattering Volume
ρ    = Densitas perairan
V   = Volume perairan
TS = Target Strength --- TS = 10 (log Ir/Ii)

5. Lapisan SOFAR
       Pada lautan, ada satu titik dimana laju gelombang minimum. perbedaan laju gelombang analog dengan perbedaan indeks refraksi. Sehingga bisa dinyatakan pada tiap kedalaman lautan memiliki medium yang berbeda bagi gelombang. Pada lapisan medium dimana titik laju gelombang minimum ini, gelombang akan merambat mengikuti Huygens principle. Oleh karena itu gelombang juga akan merambat sepanjang lapisan tersebut. lapisan dimana gelombang merambat dengan laju yang minimum inilah yang disebut 'sound channel'. Sound channel sering disebut sound fixing and ranging (SOFAR) channel. Suara akan bergerak dengan sangat efesien dalam sound channel. Kedalaman sound channel bervarisai tergandung pada kondisi geografisnya. Sound channel sering kali ditemukan pada kedalaman 1500m pada lintang – lintang menengah, pada kedalaman 500m pada 50o sampai dengan 60o utara (dekat inggris). Dan mencapai permukaan didaerah kutub. Kedalaman rata – rata sound channel ialah 1000m. Kedalaman sound cahnnel juga dipengaruhi oleh bentuk topografi.

Sumber :
-Bahan Kuliah Akustik Pertemuan 4


Shadow Zone dan Atenuasi Gelombang Suara


1. Shadow Zone
Shadow Zone merupakan wilayah dimana gelombang suara tidak dapat merambat atau rambatan sgelombang suaranya lemah sehingga menyebabkan suara tidak dapat merambat pada suatu medium. Pada kolom perairan terjadi pembelokan gelombang suara (refraksi) y6ang terjadi karena adanya perbedaan kedalaman, salinitas dam suhu air laut. (Urick, 1983). Apabila terjadi kenaikan suhu air laut sebesar 1°C maka akan menyebabkan meningkatnya kecepatan suara sebesar 1 m/detik. Apabila suhu meningkat menurut kedalaman maka akan mengakibatkan gelombang suara yabg dipancarjan akan cenerung dibelokan kea rah permukaan air.



Gambar 1. Shadow Zone Akustik
                                 (Sumber: http://www.dosits.org)

Keadaan sebaliknya apabila suhu menurun maka gelombang suara akan cenderung dibelokan ke dasar perairan. Terjadinya pembelokan gelombang suara ke permukaan dan dasar perairan maka terdapat wilayah yang tidak terjadi perambatan gelombang suara yang disebut Shadow Zone. Laju perubahan suhu terhadap kedalaman, kedalaman sumber suara dan kedalaman penerima suara.


2. Atenuasi Gelombang Suara
Sebelum terjadinya refraksi (pantulan) dari gelombang suara maka atenuasi terjadi. Atenuasi itu sendiri merupakan perjalanan reduksi amplitude dan intensitas gelombang melalui suatu medium. Terdapat beberapa peristiwa yang terjadi pada atenuasi ini diantaranya yaitu absorpsi, refleksi dan scattering. Adapun satuan dari atenuasi adalah decibels (dB). Sedangkan koefisiensi atenuasi adalah atenuasi yang terjadi per satuan panjang gelombang yang satuannya decibels per centimeter (dB/cm).
Attenuation (dB) = attenuation coefficient (dB/cm) x path length
 
 



Peningkatan frekuensi sebanding lurus dengan meningkatnya koefisien atenuasi. Nilai koefisiensi ini menyatakan besarnya atenuasi per satuan panjang, yaitu apabila semakin tinggi frekuensi yang digunakan maka akan semakin tinggi  koefisien atenuasinya. Untuk menghitung atenuasi dalam decibels hanya perlu mengalikan frekuensi dalam megahertz (hasilnya mendekati/sebanding dengan koefisiensi atenuasi dalam dB/cm).

Sumber : 


Kecepatan Suara

1. Definisi
Kecepatan suara merupakan suatu istilah yang digunakan untuk menyebut kecepatan gelombang suara yang melalui medium yang elastis. Kecepatan ini dapat berbeda tergantung medium yang dilewati (misalnya suara lebih cepat melalui air daripada udara), sifat-sifat medium tersebut, dan suhu. Salah satu variabel oseanografik yang dapat menentukan suatu pola pemancaran suara di dalam seatu medium seperti air laut adalah Kecepatan Suara. Kecepatan gelombang suara di dalam laut mendekati nilai 1.500 m/detik (umumnya berkisar 1.450 m/detik sampai dengan 1.550 m/detik, tergantung suhu, salinitas, dan tekanan). Pada lokasi yang dangkal seperti di daerah pantai kecepatan suara cenderung tidak teratur dan sulit untuk dapat diprediksi.  Terdapat beberapa faktor fisik air laut yang mempengaruhi kecepatan dari suara yang dapat merambat diantaranya yaitu : suhu, salinitas, dan tekanan.

2. Faktor yang Mempengaruhi kecepatan Suara
Berikut ini merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi kecepatan suara disuatu perairan :
a. Salinitas
Salinitas dapat diartikan jumlah zat-zat yang terlarut di dalam 1 kg air laut, dimana bromide dan iodide diganti oleh klorida, semua karbonat telah diubah menjadi oksida, dan semua bahan organik telah dioksidasi secra sempurna. Nilai dari salinitas perairan laut lepas pada umumnya yaitu 35 psu, yang berarti dalam 1 kg air laut mengandung elemen-elemen kimia terlarut seberat 35 gram.  Dimana komposisi air laut tersebut terdiri atas 3,5% elemen-elemen kimia terlarut dan 96,5% kandungan airnya.
Distribusi  vertikal salinitas pada wilayah tropis, ekuator, dan sub tropis mengalami nilai yang paling kecil pada kedalaman 600-1000 m (34-35 pratical salinity unit/psu).  Di wilayah tropis nilai salinitas pada permukaan  berkisar 36-37 psu.  Salinitas maksimun pada wilayah perairan tropis terjadi pada kedalaman 100-200 m dekat dengan lapisan termoklin dimana kadar salinitas dapat mencapai lebih dari 37 psu.   Di daerah laut dalam, kadar salinitas relatif seragam dengan nilai 34,6-34,9 psu.  Salinitas di samudera seperti Atlantik, Pasifik, dan Hindia rata-rata 35 psu, di wilayah laut yang tertutup, nilai salitas rata-rata tidak jauh dari kisaran 35 psu tergantung dari penguapan yang terjadi.Salinitas dapat mempengaruhi kecepatan suara di dalam air, teutama di wilayah lintang tinggi (dekat kutub) dimana suhu mendekati titik beku, salinitas merupakan salah satu paling faktor penting yang mempengaruhi kecepatan gelombang suara di dalam air. 

b.  Suhu
Suhu menunjukkan derajat panas benda. Mudahnya, semakin tinggi suhu suatu benda, semakin panas benda tersebut. Secara mikroskopis, suhu menunjukkan energi yang dimiliki oleh suatu benda. Setiap atom dalam suatu benda masing-masing bergerak, baik itu dalam bentuk perpindahan maupun gerakan di tempat berupa getaran. Makin tingginya energi atom-atom penyusun benda, makin tinggi suhu benda tersebut. 
Refraksi atau pembelokan perambatan gelombang suara akan terjadi disaat terjadinya perbedaan kecerapan suara yang diakibatkan perbedaan suhu dari perairan laut.  Pembelokan kecepatan suara yang sangat tajam akan terjadi pada lapisan termoklin dimana lapisan ini akan terbentuk saat terjadinya perubahan suhu yang berlangsung secara cepat.  
Pada daerah yang dekat dengan daerah tropis yaitu yang berada pada posisi lintang rendah dan sedang faktor yang sangat penting dalam menentukan densitas dan kecepatan suara yaitu suhu. Suhu di daerah tropis pada wilayah permukaan laut berkisar 26-29oC yang dipengaruhi oleh musim.

c.  Kedalaman Perairan
Tekanan hidrostatis akan terus bertambah sejalan dengan bertambahnya kedalaman suatu perairan yang akan mengakibatkan cepat rambat dari suara akan meningkat. Peningkatan kecepatan suara rata – rata setiap kedalaman bertambah 1 meter yaitu sebesar 0, 017 m/detik.
Perambatan suara yang terjadi saat target berada di bawah permukaan laut adalah permukaan lautnya itu sendiiri yang mampu memantulkan dan menghamburkan suara yang terpancar.  Jika permukaan halus sempurna, maka ia akan menjadi pemantul suara yang nyaris sempurna.  Sebaliknya jika permukaan laut kasar kehilangan akibat pantulan mendekati nol.

Dengan rumus berikut ini maka kan diperoleh nilai kecepatan suara yang merambat di perairan :




 C = 1449,2 + 4,6T - 0,055T2 + 0,00029T3 + (1,34 - 0,010T)(S-35) - 0,016Z



Dengan : C = Kecepatan suara (m/s)
               T = Suhu (oC)
               S = Salinitas (psu)
               Z = Kedalaman (m)

3. Kedalam Perairan Berdasarkan Kecepatan Suara
Kedalaman perairan dapat dibagi berdasarkan kecepatan suara, yaitu adalah sebagai berikut :
a.       Zona 1 (mix layer) : perubahan tekanan mendominasi perubahan suhu yang kemudian menyebabkan kecepatan suara meningkat pada lapisan ini.
b.      Zona 2 (termoklin) : perubahan suhu yang terjadi secara drastic mendominasi perubahan tekanan yang mengakibatkan kecepatan suara menurun, penurunan kecepatan suara di daerah ini sampei nilai minimum.
c.       Zona 3 (deep layer) : tekanan suara yang mendominasi suhu diperairan menyebabkan pada wilayah ini kecepatan suara kembali meningkat.

4. Pola perambatan Suara Secara Vertikal
Pola perambatan suara secara vertikal di perairan laut adalah sebagai berikut :
a.       Lapisan tercampur, lapisan ini ditemukan dalam beberapa meter dibawah permukaan laut, dimana pada lapisan ini kecepatan suara relatif konstan.
b.      Surface channel, pada lapisan ini terjadinya peningkatan kecepatan suara jika dibandingkan pada saat berada di lapisan tercampur.
c.       Termoklin, lapisan ini dapat muncul secara musiman apabila berada di dekat permukaan atau akan terjadi permanen. Kecepatan suara akan teus meningkat sejalan dengan bertambahnya kedalaman, biasanya suhu menurun secara drastis dalam kedalaman yang relatif dangkal pada lapisan ini.
d.      Deep channel, lokasinya berada di kedalaman mulai dari beberapa ratus meter sampai 2000 m. Pada lapisan ini kecepatan suara mendekati nilai minimum.
e.       Lapisan isothermal, pada kapisan ini kecepatan suara bertambah secara linear seiring dengan bertambahnya kedalaman  karena adanya pengaruh dari tekanan hidrostatis dimana suhu di lapisan ini konstan.


           
Sumber :
-http://id.wikipedia.org/wiki/Suhu 
- Kuliah Akustik Kelautan (pertemuan 3) 


Konsep Dasar Akustik Kelautan

A. Pengertian Akustik Kelautan
Secara Bahasa Akustik Kelautan dapat diartikan terpisah sepeti berikut :
  • Akustik: Teori gelombang suara dan perambatannya dalam suatu medium.
  • Akustik kelautan “Marine Acoustics”: Teori gelombang suara dan perambatannya dalam medium air laut.
  • Gelombang suara: Gerupakan gejala yang disebarkan oleh perubahan tekanan partikel-partikel padat, tekanan udara bertambah, partikel-partikel jarang, tekanan berkurang. Perubahan tekanan dalam perambatan suara secara periodik yang menghasilkan siklus dalam satuan waktu tertentu dikenal dengan Frekuensi suara (f) dalam Hertz, Hz.

Jadi, Akustik kelautan merupakan merupakan salah satu bidang studi kelautan yang mendeteksi target di kolom perairan dan dasar perairan dengan menggunakan suara sebagai medianya. Studi tentang akustik berkisar pada propagasi, generasi dan penerimaan gelombang mekanik dan getaran. Tahap tengah dalam proses adalah propagasi gelombang akustik. Ini jatuh dalam domain akustik fisik. Dalam cairan , suara merambat terutama sebagai gelombang tekanan. Dalam padatan, gelombang mekanik dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk gelombang longitudinal ,gelombang transversal dan gelombang permukaan . Akustik terlihat pertama pada tingkat tekanan dan frekuensi dalam gelombang suara. Proses Transduksi juga penting khusus.


Metode yang digunakan dalam akustik secara umum akan terbagi menjadi 2 macam, yaitu :
a.       Akustik pasif dapat dilakukan dengan mendengarkan gelombang suara yang datang dari berbagai objek pada kolom perairan. manfaat dari akustik Akustik pasif dapat digunakan untuk mendengarkan ledakan bawah air, gempa bumi, letusan gunung api, suara yang dihasilkan oleh ikan dan hewan lainnya, aktivitas kapal-kapal laut, ataupun sebagai peralatan untuk mendeteksi kondisi di bawah air.
b.      Akustik aktif memakai prinsip SONAR yaitu mengukur jarak dan arah dari objek yang dideteksi dan ukuran relatifnya dengan menghasilkan gelombang suara serta mengukur waktu tempuh dari gelombang tersebut.

Prinsip hidroakustik cukup sederhana yaitu gelombang dipancarkan dari sebuah alat yang menghasilkan energi suara. Gelombang suara dipancarkan oleh suatu bagian yang disebut transducer. Gelombang suara dipancarkan pada kolom perairan ataupun dasar perairan. Hal ini dilakukan dengan mengubah energi elektrik menjadi energi mekanik. Ketika energi tersebut mengenai suatu target maka gelombang suara akan dikembalikan (dipantulkan) dalam bentuk echo yang akan kembali ke receiver (suatu bagian dari alat akustik sebagai penerima gelombang pantulan). Dengan menentukan selang waktu antara gelombang yang dipancarkan dan yang diterima, transducer dapat memperkirakan jarak dan orientasi dari suatu objek yang dideteksi. Dapat dirumuskan sebagai berikut :
Jarak = Kecepatan x Waktu 


B. Sejarah Akustik Kelautan
Berikut ini merupakan tahapan sejarah dari akustik kelautan :
1.      Penemuan akstik kelautan dimulai sekitar tahun 1490 yang bersumber dari catatan  harian Leonardo da vinci yang menuliskan : “Dengan menempatkan ujung pipa yang panjang didalam laut dan ujung lainnya di telinga anda, dapat mendengarkan kapal-kapal laut dari kejauhan”. Ini mengindikasikan bahwa suara dapat berpropagasi di dalam air. Ini yang disebutkan dengan Sonar pasif (passive Sonar) karena kita hanya mendengar suara yang ada.

Gambar 1. Leonardo da Vinci
(Sumber : Google.com)

2.        Kemudian dilanjutkan oleh  Jacques and Pierre Currie yang menemukan piezoelectricity pada abad ke-19 yang merupakan sejenis kristal yang dapat membangkitkan arus listrik jika kristal tersebut ditekan, atau jika sebaliknya jika kristal tersebut dialiri arus listrik maka kristal akan mengalami tekanan yang akan menimbulkan perubahan  tekanan di permukaan kristal yang bersentuhan dengan air. Selanjutnya signal suara akan berpropagansi didalam air. Ini yang selanjutnya  disebut dengan Sonar Aktif (Active Sonar).

Gambar 2.  Jacques and Pierre Currie
(Sumber : Google.com)

3.      Pada Perang Dunia pertama akustik kelautan berkembang dengan lanjut khususnya digunakan untuk pendeteksian kapal-kapal selam yang ada dibawah laut. Pendeteksian ini menggunakan 12 hydrophone ( setara dengan microphone untuk penggunaan di darat) yang diletakan memanjang di bawah kapal laut untuk mendengarkan sinyal suara yang berasal dari kapal selam.

Gambar 3. Hydrophone
(Sumber : Google.com)

4.      Pada Perang Dunia di mulai akustik kelautan lebih bekembang pesat lagi. Penggunaan torpedo yang menggunakan sinyal akustik untuk mencari kapal musuh adalah penemuan yang hebat pada jaman itu. Pada saat itu ilmu tentang akustik hanya di fokuskan untuk keperluan-keperluan militer.
5.      Perkembangan tentang akustik lebih meluas lagi perkembangannya pada akhir perang dunia II. Penggunaan akustik kelautan tidak hanya pada bidang kelautan tetapi juga pada pada beberapa aspek seperti : mempelajari proses perambatan suara didalam medium air, penelitian sifat-sifat akustik dari air dan benda-benda bawah air, pengamatan benda-benda dari echo yang mereka hasilkan, pendeteksian sumber-sumber suara bawah air, komunikasi dan penetapan posisi dengan alat akustik bawah air
6.      Pada decade 70an perkembangan dari akustik kelautan ini lebib intensif lagi. Negara Inggris dan di beberapa Negara lain seperti Norwegia, Amerika, Jepang, Jerman dan sebagainy penerapan tentang akustik ini sudah dapat dilihat. Ilmu tentang akustik diterapkan dalam pendeteksian dan pendugaan stok ikan, yakni dengan dikembangkannya analog echo-integrator dan echo counter.
7.      Diketemukannya digital echo integrator dual beam acoustic system, split beam acoustic system, quasy ideal beam system dan anekaecho processor canggih lainnya merupakan perkembangan lanjutan, barulah ketelitian dan ketepatan pendugaan stock ikan dapat ditingkatkan sehingga akhir-akhir ini peralatan akustik menjadi peralatan standar dalam pendugaan stock ikan dan manajemen sumberdaya perikanan.
8.      Pada saat sekarang ilmu akustik di manfaatkan untuk aplikasi dalam survei kelautan, budidaya perairan, penelitian tingkah laku ikan, aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat  tangkap,  bioakustik. Aplikasi dalam survei kelautan, dengan akustik kita dapat menduga spesies ikan yang ada di daerah tertentu dengan menggunakan pantulan dari suara, semua spesies mempunyi target strengh yang berbeda-beda. Aplikasi dalam dunia budidaya untuk pendugaan jumlah ekor, biomass dari ikan dalam jaring/kurungan pembesaran untuk menduga ukuran dari individu ikan dalam jaring kurunganmemantau tingkah laku ikan dengan acoustic tagging.
9.      Aplikasi akustik dalam tingkah laku ikan meliputi pergerakkan migrasi ikan dengan acoustic taggingorientasi target (tilt angle)reaksi menghindar terhadap gerak kapal survei dan alat tangkaprespon terhadap rangsangan/stimuli cahaya, suara, listrik, hidrodinamika, komia, mekanik dan sebagainya. Aplikasi dalam studi penampilan dan selektivitas alat tangkap ikan meliputi pembukaan mulut trawl dan kedalaman,selektivitas penagkapan dengan melihat ukuran ikan target.

Sumber :
Sejarah Akustik Kelautan : http://nikonflickr.blogspot.com
Akustik : http://perikananunaya.wordpress.com




Jumat, 30 Maret 2012

Ekologi Laut Tropis

Interaksi Padang Lamun dan Lingkungan Sekitar

Sebelum membahas tentang Interaksi yang terjadi di padang lamun dengan lingkungan sekitarnya maka akan dibahas terlebih dahulu mengenai tumbuhan lamun itu sendiri.

Pengertian Lamun

Salah satu tempat yang masih mendapatkan sinar matahari yang dapat menembus hingga ke dasar perairan adalah perairan pesisir. Pada daerah pesisir yang memiliki dua daerah yaitu daratan dan lautan memiliki nutrient yang cukup banyak dan merupakan daerah yang memiliki produktivitas organik yang tinggi. Lingkungan yang ssepeti itu sangatlah mendukung untuk pertumbuhan lamun dan perkembangannya secara optimal.

Tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang memiliki kemampuan untuk beradaptasi secara penuh di perairan yang memiliki salinitas yang cukup tinggi dan juga mampu hidup terbenam di dalam air dan memiliki rhizome, daun, dan akar sejati adalah defi8nisi dari lamun. Lamun (Seagrass) didefinisikan olwh banyak ahli sebagai tumbuhan air yang memiliki bunga, mampu hidup di dalam air laut, memiliki pembuluh, berdaun, berimpang, berakar, serta dapat berkembang biak dengan biji dan tunas.



Gambar. Padang Lamun dalam Ekosistem Laut

Hamparan vegetasi lamun yang hidup menutupi suatu area pesisir / perairan laut dangkal yang terbentuk dari satu jenis atau lebih lamun dengan memiliki kerapatan yang padat atau jarang disebut padang lamun (Seagrass bed), istilah ini diberikan karena pola hidup lamun sering berupa hamparan. Sedangkan sistem (organisasi) ekologi yang diciptakan oleh padang lamun yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik biasanya disebut dengan Ekosistem Lamun (Seagrass ecosystem). Habitat tempat hidup lamun yaitu pada perairan dangkal yang agak berpasir dan sering juga dijumpai di daerah terumbu karang.

Berbeda dengan ekosistem mangrove dan terumbu karang ekosistem padang lamun memiliki kondisi ekologis yang sangat. Ekologis dari padang lamun memiliki cirin- ciri sebagai berikut :
1.      Lamun biasa terdapat pada perairan pantai yang landai, di daerah dataran lumpur ataupun pasir
2.      Tumbuhan lamun sangat tergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam perairan.
3.      Lamun mampu hidup sampai dengan kedalaman 30 meter, pada perairan yang tenang dan terlindung
4.      Lamun mampu hidup pada media air asin
5.      Biasa hidup pada batas terendah daerah pasang surut yang berada di dekat hutan bakau ataupu di dataran terumbu karang
6.      Sistem perakarannya berkembang biak.
7.      Poses metabolisme berlangsung secara optimal jika keseluruhan tubuhnya terbenam di dalam air, termasuk ke dalam daur generatif


Klasifikasi Lamun


Lamun berpolinasi, berbunga, dapat menghasilkan buah dan menyebarkan bibit seperti banyak tumbuhan darat. Lamun diklasifikasikan berdasarkan karakter tumbuh-tumbuhan. Pada jenis yang berada di daerah tropis memiliki morfologi yang berbeda sehingga pembedaan spesies dapat dilakukan dengan dasar gambaran morfologi dan anatomi.


Tumbuhan yang termsuk ke dalam tumbuhan monokotil ini secara utuh memiliki perkembangan sistem perakaran dan juga rhizoma yang baik. Klasifikasi, lamun berada pada Sub kelas yaitu diantaranya: Monocotyledoneae dan Angiospermae. Pada perairan Indonesia terdapat 2 famili dari 4 famili lamun yang diketahui diantaranya yaitu Hydrocharitaceae dan Cymodoceae. Tumbuhan lamun yang hidup di air tawar yaitu dari famili Famili Hydrocharitaceae, sedangkan 3 famili lain merupakan lamun yang tumbuh di laut.


Diperkirakan terdapat sebanyak 52 jenis lamun di dunia, di Indonesia ditemukan sekitar 15 jenis yang termasuk ke dalam 2 famili: (1) Hydrocharitaceae, dan (2) Potamogetonaceae. Jenis yang membentuk komunitas padang lamun tunggal, antara lain: Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides, Halophila ovalis, Cymodocea serrulata, dan Thallassodendron ciliatum.


Eksistensi lamun di laut merupakan hasil dari beberapa adaptasi yang dilakukan termasuk toleransi terhadap salinitas yang tinggi, kemampuan untuk menancapkan akar di substrat sebagai jangkar, dan juga kemampuan untuk tumbuh dan melakukan reproduksi pada saat terbenam. Salah satu hal yang paling penting dalam adaptasi reproduksi lamun adalah hidrophilus yaitu kemampuannya untuk melakukan polinasi di bawah air.


Secara rinci klasifikasi lamun menurut Den Hartog (1970) dan Menez, Phillips, dan Calumpong (1983) adalah sebagai berikut : 

Divisi                     :   Anthophyta
Kelas                       :   Angiospermae
Famili                      :   Potamogetonacea
Subfamili                :   Zosteroideae
Genus                     :   ZosteraPhyllospadixHeterozostera.


Sumber :


Selanjutnya akan dibahas mengenai :
Fungsi Padang lamun di http://www.ermiandaaa.blogspot.com/