1. ADCP
(Accoustic Doppler Current Profiler)
RDI/Fran Rowe dan Kent Deines membuat ADCP (Accoustic Doppler Current
Profiler) pada tahun
1981. Prinsip kerja ADCP berdasarkan perkiraan kecepatan baik secara horizontal
maupun vertikal menggunakan efek Doppler untuk menghitung kecepatan radial
relatif, antara instrumen (alat) dan hamburan di laut. Tiga beam akustik yang
berbeda arah adalah syarat minimal untuk menghitung tiga komponen kecepatan.
Beam ke empat menambah pemborosan energi dan perhitungan yang error. ADCP
mentransmisikan ping, dari tiap elemen transducer secara kasar sekali tiap
detik. Echo yang tiba kembali ke instrumen tersebut melebihi dari periode
tambahan, dengan echo dari perairan dangkal tiba lebih dulu daripada echo yang
berasal dari kisaran yang lebih lebar. Profil dasar laut dihasilkan dari
kisaran yang didapat. Pada akhirnya, kecepatan relatif, dan parameter lainnya
dikumpulkan diatas kapal menggunakan Data Acquisition System (DAS) yang juga
secara optional merekam informasi navigasi, yang diproduksi oleh GPS. ADCP
berfungsi untuk mengukur arus, plankton, dan lain-lain.
Gambar 1. ADCP (Accoustic Doppler Current Profiler)
(Sumber : Google.com)
2. Conductivity
Temperature Depth (CTD)
Alat yang digunakan dalam sampling oseanografi untuk mengukur
salinitas air laut, suhu serta kedalaman air laut pada tempat dan kedalaman
yang diinginkan adalah CTD (Conductivity Temperature Depth). Secara umum, sistem CTD terdiri dari unit masukan data, sistem
pengolahan, dan unit luaran. CTD digunakan untuk mengukur karakteristik air
seperti suhu, salinitas, tekanan, kedalaman, dan densitas. Unit pengolah
terdiri dari sebuah unit pengontrol CTDS (CTD Sensor) dan komputer yang
dilengkapi perangkat lunak. Unit pengontrol berfungsi sebagai pengolah sinyal
CTD, penampil hasil pengukuran serta pengubah sinyal analog ke digital. CTD
mengontrol setiap kegiatan akusisi dan pengambilan sampel serta kalibrasi.
Setiap penekanan tombol fungsi sesuai pada menu, maka printer akan mencetak
posisi, kedalaman, salinitas, konduktifitas dan temperatur sehingga kronologis
kegiatan pengoprasian CTD dapat terekam. Sensor adalah sebuah piranti yang
mengubah fenomena fisika menjadi sinyal elektrik. CTD memiliki tiga sensor
utama, yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui
daya hantar listrik air laut (konduktivitas).
Gambar 2. CTD (Conductivity Temperature Depth)
(Sumber : Google.com)
Cara kerja CTD, sebagai
berikut:
CTD diturunkan ke kolom perairan dengan menggunakan winch
disertai seperangkat kabel elektrik secara perlahan hingga ke lapisan dekat
dasar kemudian ditarik kembali ke permukaan. CTD memiliki tiga sensor utama,
yakni sensor tekanan, sensor temperatur, dan sensor untuk mengetahui daya
hantar listrik air laut (konduktivitas). Pengukuran tekanan pada CTD
menggunakan strain gauge pressure monitor atauquartz crystal.
Pencatatan tekanan dalam desibar kemudian tekanan
dikonversi menjadi kedalaman dalam meter. Sel
induktif yang terdapat dalam CTD digunakan sebagai sensor salinitas. Sensor temperatur yang terdapat pada CTD menggunakan thermistor, termometer platinum atau kombinasi keduanya. Pengukuran
data tercatat dalam bentuk data digital. Data tersebut tersimpan dalam CTD dan
ditransfer ke komputer setelah CTD diangkat dari perairan atau transfer data
dapat dilakukan secara kontinu selama perangkat perantara (interface) dari CTD
ke komputer tersambung.
Sumber :